STREET TRASH (1987)
Sutradara: Jim Muro
U.S.A.
Sutradara: Jim Muro
U.S.A.
Saya yakin banyak orang tidak menikmati Street Trash karena jelas
film ini bukan untuk semua orang. Street Trash adalah film independen bergenre komedi/horor/gore
yang sangat berantakan, dari mulai plot film, hingga spesial effect-nya, semua berantakan. Tapi
tolong bedakan konteks “berantakan” untuk dua hal tersebut. Untuk masalah plot,
ya memang agak berantakan dan kacau dalam artian tidak tertata rapih. Tapi
untuk special effect-nya, berantakan dalam arti sebenarnya, karena kamu akan
banyak melihat manusia yang melepuh, meleleh, berantakan dan mengeluarkan cairan kental berwarna-warni dalam film ini.
SINOPSIS SINGKAT (SPOILER!)
Semua kekacauan dalam Street Trash berawal dari sebuah toko minuman keras yang berada di daerah yang dipenuhi gelandangan di pinggiran kota Manhattan. Toko ini sering didatangi para gelandangan yang ingin mabuk tapi tak memiliki cukup uang untuk membeli minuman, dan sang pemilikpun sudah muak dengan para gelandangan yang nyaris membuatnya bangkrut. Suatu hari saat sedang membersihkan gudang bawah tanahnya, sang pemilik toko tanpa sengaja menemukan satu box penuh minuman keras misterius bermerk “Viper” yang sebenarnya sudah kadaluarsa. Ia pun memutuskan untuk menjualnya dengan harga yang sangat murah, untuk para gelandangan sekitar.
Semua kekacauan dalam Street Trash berawal dari sebuah toko minuman keras yang berada di daerah yang dipenuhi gelandangan di pinggiran kota Manhattan. Toko ini sering didatangi para gelandangan yang ingin mabuk tapi tak memiliki cukup uang untuk membeli minuman, dan sang pemilikpun sudah muak dengan para gelandangan yang nyaris membuatnya bangkrut. Suatu hari saat sedang membersihkan gudang bawah tanahnya, sang pemilik toko tanpa sengaja menemukan satu box penuh minuman keras misterius bermerk “Viper” yang sebenarnya sudah kadaluarsa. Ia pun memutuskan untuk menjualnya dengan harga yang sangat murah, untuk para gelandangan sekitar.
Tokoh utama dari film ini adalah seorang gelandangan bernama Fred, yang hidup di daerah kumuh dimana gelandangan ada di setiap sudut, meresahkan pengguna jalan yang lewat, saling berkelahi memperebutkan uang tiga dollar, saling mencuri minuman keras dari gelandangan lainnya, dan menghabiskan hari-hari mereka dengan mabuk. Jalanan dikuasai oleh geng gelandangan yang dipimpin oleh seorang veteran perang vietnam psikopatik sadis yang bernama Bronson. Pemukiman tempat Fred tinggal adalah sebuah tempat pembuangan dimana limbah dan mobil-mobil rusak dibuang begitu saja, dan kawasan ini juga adalah pusat kerajaan Bronson.
Singgasana Bronson
Bronson yang kejam dan otoriter bermulut busuk
Gerombolan Bronson sedang berusaha "membersihkan" kaca mobil yang sedang lewat.
Kehidupan Fred sebagai gelandangan bisa dibilang cukup
menyenangkan. Ia adalah seorang gelandangan yang bebas dan bukan anak buah
Bronson, jadi bisa dibilang ia tidak memiliki siapapun untuk ia patuhi.
Fred hidup berdua dengan adiknya di dalam sebuah gubug yang disulap dari
sampah mobil dan ban, dan memiliki seorang sahabat bernama Burt yang sangat
baik dan selalu membela Fred saat ia dihadang oleh gerombolan Bronson. Salah satu momen menyenangkan dalam persahabatan Fred dan Burt adalah saat ia menjamu
Fred dan adiknya dengan makan malam yang cukup mewah setelah sebelumnya ia
meminta uang dari adik Fred, dan kemudian “berbelanja” di supermarket terdekat.
Dinner served!
Kembali ke cerita utama Street Trash, suatu hari, seperti biasanya Fred mendatangi toko minuman keras, dan sangat senang saat mengetahui bahwa ia akhirnya sanggup membeli sebotol minuman keras dengan uang yang seharusnya ia setorkan pada anak buah Bronson. Setelah membeli sebotol “Viper”, ia bertemu salah satu kawannya yang diam-diam mencuri minuman Fred dan meminumnya di sebuah WC dalam reruntuhan rumah. Apa yang terjadi sesaat setelah meminum “Viper”, sangatlah menakjubkan: setelah merasa kesakitan, tubuhnya mulai berasap dan mengucurkan cairan kental berwarna-warni, dan kemudian perlahan meleleh menjadi seonggok cairan kental penuh warna.
Meleleh!
Namun, belum banyak yang mengetahui kejadian tersebut selain
polisi, yang kemudian memutuskan untuk melakukan investigasi, terutama pada
gerombolan Bronson yang terkenal. Suatu hari, ditemukan sesosok mayat perempuan
yang mati setelah diperkosa beramai-ramai oleh kelompok Bronson, di dekat pemukiman
para gelandangan. Sang polisi kekar yang bertugas untuk mencari keberadaan
Bronson pun semakin dibuat pusing saat mengetahui bahwa mayat itu adalah mayat dari
kekasih salah satu mafia lokal. Singkat cerita, polisi akhirnya berhasil
melacak keberadaan Bronson, hingga berkonfrontasi langsung dengan Bronson.
Namun, cerita tentang tirani Bronson atas dunia gelandangan ini jujur saja
bukan hal yang menarik untuk disimak dari Street Trash. Setidaknya, bukan itu
yang saya cari dari film ini.
Street Trash seakan menceritakan dua cerita yang berbeda menjadi satu: lika-liku kehidupan pelik para gelandangan di bawah tirani Bronson; dan juga dampak dari minuman misterius “Viper” pada mereka yang meminumnya, dan saya meneruskan film ini untuk menyaksikan lebih banyak lagi tubuh-tubuh berantakan dan berceceran akibat minuman “viper”. Dan benar saja, satu persatu gelandangan korban minuman “viper” pun berjatuhan, dengan cara meleleh yang cukup bervariasi.
Saya sangat menikmati film ini. Ringan, lucu, sangat menghibur, berantakan, dan menjijikan. Film ini memang film independen dengan bajet yang sudah pasti sangat rendah. Mungkin bajet untuk semua special effect dalam film ini masih jauh lebih besar dibandingkan honor yang diberikan kepada semua aktor amatir yang ikut berperan dalam Street Trash. Dan jujur saja, sayapun agak ragu kalau mereka yang berperan dalam film ini adalah aktor sungguhan. Bisa jadi para aktor di film ini adalah kawan-kawan dari sang sutradara sendiri, yang bermain untuk alasan kesenangan belaka, karena jelas film ini adalah sebuah proyek senang-senang. Tapi tak percuma, karena hasilnya, film ini memang sangat menyenangkan untuk ditonton bahkan untuk jaman sekarang. Hal lain yang sangat saya kagumi dari film ini adalah grafisnya! Dari mulai poster, hingga adegan-adegan melelehnya, sangat memanjakan mata. Seperti melihat sebuah grafis di skateboard Santa Cruz era 80-an. Mata meleleh, warna-warni, tubuh berantakan.
Kalau kamu baca kelebihan yang baru saya urai di atas, tentu kamu sadar kalau
tidak begitu banyak yang bisa dikeluhkan dari film semacam Street Trash. Ah, sebenarnya film ini memang bukan untuk dikeluhkan! Bukan
berarti film ini sempurna, tapi karena bukan itu intinya. Semua kekurangan dalam film
ini sangat wajar dan terbayar dengan sensasi yang menyenangkan, selama kamu tidak berharap film
ini akan sebagus film "The Thing", tentunya. Ohya, Street Trash adalah film pertama dan terakhir yang dibuat oleh sang sutradara Jim Muro, menjadikannya sebagai satu-satunya masterpiece dari Muro sendiri.
PERINGATAN (untuk mereka yang peduli)
Film ini mengandung adegan kekerasan, seksualitas, sadisme, darah, isi perut, kepala putus, serta cacian kasar.
PERINGATAN (untuk mereka yang peduli)
Film ini mengandung adegan kekerasan, seksualitas, sadisme, darah, isi perut, kepala putus, serta cacian kasar.
FUN FACT
Sebuah record label independen bernama Lunaris Records baru-baru ini merilis ulang soundtrack dari Street Trash dalam bentuk kaset. Coba lihat betapa kerennya kaset ini!
Sebuah record label independen bernama Lunaris Records baru-baru ini merilis ulang soundtrack dari Street Trash dalam bentuk kaset. Coba lihat betapa kerennya kaset ini!
PELAJARAN
Lain kali, perhatikan tanggal kadaluarsanya, nak!
Lain kali, perhatikan tanggal kadaluarsanya, nak!
SCORE!
3 dari 5!
TRAILER
.