Thursday, November 6, 2014

CITY OF THE LIVING DEAD (1980)


CITY OF THE LIVING DEAD (1980)
A.K.A. Gates of Hell 
Judul asli: Paura nella città dei morti viventi
Sutradara: Lucio Fulci
Italia

City of the Living Dead, atau Gates of Hell adalah sebuah karya hebat dari raja film horor asal Italia, Lucio Fulci. Pada jamannya, Lucio Fulci menyutradarai film-film horor hebat yang satu persatu akan saya tulis resensinya dalam blog ini suatu hari. Oke langsung saja, film City of the Living Dead ini adalah bagian pertama dari trilogi tidak resmi Fulci: Gates of Hell trilogy. Film lain dari instalasi trilogi ini adalah: The Beyond, dan House by the Cemetery, dimana ketiga film tersebut tidak saling berhubungan secara langsung, tapi tetap dalam koridor yang senada.


Dibuka dengan music score ala film horor tahun 80-an, yang juga biasa kamu dengar dalam pembuka film-film horror indonesia tahun 80-an, seorang pastor (yang kemudian diketahui bernama William) tampak sedang berjalan di sebuah tanah pekuburan yang tampak dingin dan tak bersahabat. Jauh di kota New York, seorang paranormal bernama Mary Woodhouse, yang sedang mengikuti sebuah ritual pemanggilan arwah bersama teman-teman paranormalnya, tiba-tiba melihat dalam penerawangan, gambaran seorang pastor yang menggantung diri di sebuah pohon di tanah pekuburan.

 penerawangan Mary


Dalam penerawangannya, Mary melihat mayat-mayat mulai bangkit dari kubur tak lama setelah sang pendeta bunuh diri. Mary yang sangat ketakutan, kemudian berhenti bernafas dan dinyatakan meninggal setelah denyut jantungnya diperiksa.


Polisi yang kemudian menyelidiki kasus ini, tidak percaya kalau Mary meninggal dalam keadaan ketakutan. Kelompok Mary percaya bahwa semua ini sudah tertulis 4000 tahun sebelumnya dalam sebuah naskah tua bernama “Book of Enoch”. 

Di sebuah kota yang bernama Dunwich di New England, tempat dimana pastor William gantung diri, sedikit demi sedikit, keadaan mulai mencekam. Hal-hal aneh mulai terjadi seperti kaca dan cermin yang tiba-tiba pecah, dinding yang tiba-tiba terbelah. dan lain sebagainya. Beberapa penduduk menyadari sejak pastor William menggantung dirinya, keadaan di Dunwich mulai janggal.

Kembali ke kota New York, seorang jurnalis bernama Peter Bell ingin melakukan investigasi atas kematian janggal Mary. Menjelang pemakamannya, tiba-tiba mata Mary terbuka dan mulai panik saat menyadari bahwa dirinya berada dalam peti mati. Mary belum mati, atau lebih tepatnya, Mary hidup kembali. Peter yang datang ke pemakaman Mary untuk mencari info, mendengar teriakan panik minta tolong dari dalam peti mati Mary. Peter kemudian membongkar peti dan menyelamatkan Mary. Teman-teman Mary menanggapi hal ini dengan biasa saja, dan percaya bahwa hal ini jugalah yang tertulis dalam Book of Enoch.  Mary pun kemudian membeberkan penerawangan yang ia lihat sebelum kematian sementaranya, bahwa sesuai apa yang tertulis dalam book of Enoch, pintu neraka telah terbuka di sebuah kota terkutuk yang ia sebut sebagai “city of the dead”. Salah satu teman Mary yang sepertinya lebih memahami wahyu book of Enoch, percaya bahwa pintu neraka harus kembali ditutup sebelum hari para santa (saints day), karena tengah malam sebelum hari santa adalah malam dimana mereka yang mati akan mulai bangkit dari alam kubur, menghancurkan kehidupan manusia dan menguasai dunia untuk selamanya.

Tapi tak seorangpun dari mereka yang tahu dimana kota Dunwich berada. Mary pun tahu nama tempat tersebut hanya dari salah satu batu nisan yang ia lihat dalam penerawangannya. Peter dan Mary kemudian pergi mencari kota Dunwich untuk menjalankan misi menyelamatkan dunia dengan cara menutup pintu neraka sebelum malam hari para santa datang.

Batu nisan yang Mary lihat dalam penerawangan pertamanya

Sementara itu di kota Dunwich, keadaan sudah semakin kacau. Suatu malam, penampakan pastor William terlihat, dan mereka yang melihatnya, mati dengan cara yang mengerikan. Kematian pertama yang terjadi di kota Dunwich sangatlah keren dan epik. Setelah melakukan kontak mata dengan penampakan sang pastor, seorang gadis tampak hanya terdiam terpaku sambil menangis darah. Kemudian, dengan sangat menjijikan, gadis tersebut mulai memuntahkan isi perut dari mulutnya sendiri. Ya, isi perut! Usus dan organ pencernaan lainnya. Tidak hanya satu-dua detik saja, adegan memuntahkan isi perut ini berjalan cukup lama, cukup untuk membuat mereka yang berperut lemah ikut muntah saat menyaksikannya. Tentu saja adegan keren ini otomatis menjadi adegan yang tak terlupakan dalam dunia film horor, yang akan selalu dikenang oleh para penggemar film horor dimanapun. Karena saya tidak tahan untuk berbagi, maka biarkanlah saya pasang snapshot SPOILER-nya di bawah ini. Tapi karena sekedar snapshot tidaklah cukup, dan saya orang yang senang berbagi, maka saya tambahkan klip adegannya sekalian!

 Lengkap dengan suara orang muntah! Salah satu scene paling brilian dalam dunia film horror.
 

You're welcome!


Singkat cerita, hal-hal menyeramkan serta kematian misterius dan menjijikan mulai terjadi di kota Dunwich. Saat Peter dan Mary akhirnya menemukan kota Dunwich, sekaligus menemukan tanah pekuburan dimana pastor William bunuh diri, mereka pun bertemu dengan beberapa warga lokal: seorang psikiater, seorang seniman muda, yang kemudian membantu mereka untuk menutup pintu neraka. Dan benar saja, pada malam yang telah dinubuatkan dalam book of Enoch, mereka yang mati satu persatu mulai bangkit dari kubur dan meneror penduduk Dunwich, kota terkutuk.

Saya sangat menikmati film ini. Menjijikan, mengerikan, sekaligus sangat menyenangkan untuk ditonton. Banyak adegan-adegan yang cukup brilian untuk sebuah film horror. Tidak seperti film horor jaman sekarang yang lebih banyak mengulang-ulang hal yang sama dan mengandalkan sound effect sebagai satu-satunya modal untuk bikin penonton kaget. Tema zombie dalam film inipun masih klasik. Kalau jaman sekarang zombie identik dengan infeksi dan epidemi, pada jaman Fulci, beberapa film zombie masih berhubungan erat dengan hal-hal gaib. Melihat tahun pembuatannya, saya pun semakin menghargai film ini karena jelas tak ada efek komputer dalam keseluruhan film ini. City of the Living Dead bukanlah film gore atau eksploitasi, tapi perlu saya peringatkan, kalau kalian mudah merasa jijik, jangan coba cari film ini. Isi perut, kepala pecah, otak, daging, hujan belatung, darah, tikus, semua ada disini.

Sebagai film bertema supranatural yang dicampur dengan tema undead/zombie alias mayat hidup, sosok zombie dalam film inipun sangat klasik: zombie busuk yang berjalan pelan. Walaupun make-up zombie versi Fulci tidak sedetail dan serealistis seperti gesutan seniman Tom Savini dalam film-film George A. Romero, namun dengan cerdik Fulci mampu mengangkat kengerian mayat berjalan lewat cara lain: backsound dan pencahayaan remang yang sempurna. Dengan pencahayaan seperti ini, Fulci tidak memerlukan detail tekstur wajah zombie yang terlalu ekstrim untuk membangun suasana horror-nya. Jelas pencahayaan membuat para mayat berjalan tampak lebih menyeramkan sekaligus dramatis. Lihat saja snapshot di bawah ini.


Selain itu, Fulci sangat senang fokus pada tatapan mata. Dengan pencahayaan yang pas, membuat adegan-adegan mata ini terasa sangat mencekam. Inilah sedikit snapshot mata yang berhasil saya kumpulkan dari film ini.


Tak banyak yang bisa saya keluhkan soal film ini. Kalau soal kemampuan akting, saya rasa itu sesuai jaman ya.. Adalah sebuah kewajaran umum bahwa kemampuan akting di tiap era memang berbeda. Jadi rasanya tidaklah pantas untuk membandingkan. Lagipula untuk jamannya, kemampuan akting para aktor dalam film ini juga bisa dihitung cukup bagus. Tips: saat menonton film yang diproduksi belasan bahkan puluhan tahun lalu, jangan pernah membandingkannya dengan film jaman sekarang. Posisikanlah diri kalian sebagai penonton pada jamannya.

PERINGATAN (untuk mereka yang peduli)
Film ini banyak memperlihatkan darah, isi perut, otak, serta belatung. Tentu saja, karena ini film zombie!

PELAJARAN
Tonton lebih banyak film-film Fulci!

SCORE!
5 dari 5!

TRAILER

No comments:

Post a Comment